Hubungan antara menantu dan mertua merupakan persoalan hubungan/kumunikasi yang selalu timbul dalam rumahtangga. Yang paling amat ketara adalah hubungan/komunikasi antara menantu perempuan dan mertua perempuan . Jarang pula kita ketemu hubungan/komunikasi yang bermasalah antara menantu lelaki dan mertua lelaki.
Herannya, di awal kehidupan biasanya seorang wanitalah yang amat ketara ghairahnya untuk mencapai impian hidup bersama sang kekasih. Begitu juga sang ibu yang selalu tidak sabar melihat anak anaknya menikah sebelum menutup mata. Tetapi kenyataannya dalam meneruskan kehidupan ini dua wanita inilah yang selalu sulit mencapai hubungan baik antara satu dengan lain.
Perkara penting yang harus setiap wanita ketahui adalah fitrah kejadian wanita . Nabi saw bersabda :
Nasihatilah wanita dengan baik baik. Sesungguhnya wanita itu dijadikan dari tulang rusuk. dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas. Kalau kau paksa meluruskannya maka ia akan patah . Kalau kau diamkannya maka ia akan tetap bengkok. Maka nasihatilah wanita dengan baik baik.
Dalil qath'i ini memperlihatkan bahwa fitrah kejadian wanita adalah seorang insan yang perlukan bimbingan yang baik dan bijak . Keistimewaaan dalam penciptaanNya adalah wanita mengandung , melahirkan dan mengasuh anak anak. Untuk tugas istimewa ini Allah SWT menyempurnakan kejadiannya dengan memberikan sifat sifat pada seorang wanita sifat penuh perhatian dan perlindungan. Sifat ini terungkap dengan sifat sifat kasih sayang yang amat ketara sehingga terkadang sifat kasih sayang ini menjadi sifat sifat emosional yang sedia ada dan selalu ada sepanjang masa dan mencakup pula pada banyak perkara dan benda. Wanita amat cinta kepada suaminya dan tidak mau diduakan , wanita amat sayang anak anak dan selalu melindungi mereka dari apapun bencana dan tidak mau terpisah darinya.
Dalam isu hubungan dan komunikasi yang kita bicarakan di atas memperlihatkan tentang salah satu sifat dua wanita ; menantu dan mertua. Seorang menantu perempuan merasa suaminya sudah menjadi hak miliknya. Semua urusan suaminya bukan lagi diurus oleh ibunya. Malah sakit pening suaminya sang isteri lah yang lebih dulu menatap dan mengurus. Dalam masa yang sama semua isteri isteri juga tau bahwa suaminya masih suka mencari masakan ibunya , cara ibunya mengurusi dirinya dan banyak hal lagi yang masih menjadikan ibunya rujukan hidupnya.
Sang Ibu pula sejak anak anaknya menikah merasa kehilangan anak satu persatu . Menelusuri hari tuanya si ibu tidak boleh lagi menaruh harapan bahwa anak anaknya akan hadir untuknya . Kondisi ini berbeda ketika mereka masih merupakan pasangan suami isteri yang belum mempunyai anak . Mereka berdoa dan meletakkan harapan sehingga dapat melahirkan anak anak. Merekalah yang membesarkan dan mendidik sehingga dewasa dan berjaya. Namun naluri dan emosional seorang wanita bernama ibu tidak pernah pupus dan hilang begitu saja terhadap anak anaknya. ( Sepatutnya seorang isteri bergelar ibu menyadari akan hal ini )
Apalagi kepada anak lelakinya, wanita bergelar ibu ini seperti bersaing dengan wanita lainnya sedangkan sang anak masih suka memesan masakan dan layanannya . Apa lagi semua ibu mengetahui tentang hukum mengurusi dan mengasihani kedua orangtuanya adalah wajib di sisi agama bagi anak lelaki. Anak anak yang sholeh pula menginginkan keberkahan hidup kerana mengurus dan melayan orangtuanya dengan baik.
Berbeda pula dengan anak perempuan yang sudah berumahtangga, sang ibu malah merasa amat bahagia jika anak anak perempuannya berada di bawah lindungan dan bimbingan suami yang baik baik. Di sini tiada saingan antara dua wanita bukan juga menjadi isu pertelingkahan antara menantu dan mertua lelaki. Malah mertua lelaki merasa tanggungjawabnya berkurangan apabila anak anak perempuannya menikah dan berada pada ulil amri yang lain
Bagi seorang menantu kondisi dan situasi ini harus difahami sebelum menjadi isteri. Banyak dari wanita hanya mengharap dan menginginkan impian menjadi kenyataan. Dan kenyataan yang sedia ada juga adalah bahwa seorang suami masih tetap menjadi anak kepada orangtuanya berbeda pula dengan wanita . Ini disebabkan apabila seorang wanita menikah maka hak dan kewajibannya hanya kepada suaminya. Seorang menantu yang sholehah seharusnya tidak boleh menjadikan hubungan dengan mertuanya menjadi tegang dan menyakitkan karena pasti akan menimbulkan emosi suaminya sehingga suami yang sholeh akan tetap mendahului urusan ibunya selagi ibunya ada. Dan inilah salah satu masalah yang menegangkan dalam rumahtangga.
Tidak ada nasehat yang baik untuk para menantu perempuan yaitu selalu menampakkan rasa hormat kepada ibu mertua dalam kondisi dan situasi apapun kerana tanpa ibu tua ini wanita bergelar isteri tidak akan memiliki pasangan dan anak anak. Apabila kita dianugerahkan anak anak maka anak merupakan harta yang lebih besar dan bernilai di hari tua. Dan jangan lupa bahwa semua manusia akan melalui masa tua yang sama dengan apa yang dilalui oleh orang yang lainnya. Seharusnya gambaran hidup hari ini menjadikan kita insaf dan smart menghadapi masa akan datang.
Seorang isteri sholehah haruslah sabar, ridho, dan tawakkal menghadapi hidup , bukan semata dalam hubungan suami isteri dan anak anak karena kedua orangtua suami adalah termasuk kepada tugas dan kewajiban dalam rumahtangga. Dan tidak menjadikan hubungan / komunikasi yang belum berjalan lancar ini sebagai pembicaraan setiap kali bercerita tentang rumahtangganya.
Selalulah berbaik sangka , berhenti bercerita dan mengeluh tentang sikap dan perbuatan mertua karena pada waktu yang sama mertua kita juga pasti akan bersikap serupa. Allah SWT dan Nabi saw mengajarkan bersikap selalu berbuat baik karena setiap kebaikan akan dianugerahkan kebaikan yang lain begitu juga sebaliknya.
Semoga bermanfaat =))
Mama I just want you to know
Lovin' you
Is like food to my soul
0 komentar:
Posting Komentar